pH TANAH pertanian
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Setiap
tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda, pengetahuan
pengaruh pH Tanah terhadap pola
ketersediaan hara tanah dapat di gunakan sebagai acuan dalam pemeliharaan
tanaman yang sesuai dengan suatu jenis tanah, melalui berbagai penelitian,
telah di ketahui bahwa tanaman tertentu mempunyai kisaran pH ideal yang
tertentu pula.
pH
tanah sanggat penting di karenakan larutan tanah mengandung unsur seperti nitrogen (N),kalium (K),pospor (P),
dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuhan,
berkembang dan bertahan terhadap
penyakit. pH tertentu yang berukuran pada tanah di tentukan oleh seperangkat
faktor kimia tertentu, oleh karena itu, penentuan PH tanah adalah sebuah lini
yang paling penting yang dapat di gunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan
tanaman, biasanya tanah pada daerah basah bersifat masam dan pada daerah kering
bersifat basah.
Nilai
pH berkisar antara 0 – 14, makin tinggi kepekatan/ kosentrasi (H+)
dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin rendah konsentrasi (H+)
maka makin tinggi PH tanah, sehubungan dengan nilai pH di jumpai tiga (tiga)
kemungkinan yaitu : Masam, Netral, dan Basah.
Ketersediaan
hara di dalam tanah mempunyai empat (4) pola yaitu :
1) Pola
rendah (R),Tinggi (T), Rendah (R), meliputi N,Ca,Mg,Mn,Cu dan Za, tetapi dengan
kisaran nilai pH T yang berfariasi, ketersediaan N maksimum pada 6,0 - 8,0,Ca
dan Mg pada pH 7,0 – 8,5, serta Mn, Cu, dan Za pada PH 5,0 – 6,5.
2) Pola
Rendah (R), Tinggi (T), terdiri dari K,S dan Mo, dengan kisaran maksimum untuk
K dan S pada pH 6,0 ke atas dan Mo pada
pH 7,0 ke atas.
3) Pola
rendah (R), Tinggi (T) adalah Fe dengan ketersediaan maksimum padssa pH 6,0, ke
bawah.
4) Pola
Rendah (R) Tinggi (T), R,T, meliputi P dan B, dengan ketersediaan maksimum di
atas untuk keduanya adalah pada PH 8,7 ke atas tetapi pH ketersediaan maksimum
bawah untuk P adalah 6,5 – 7,5, sedangkan B adalah 5,0 – 6,8.
pH
optimum, untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH
ini semua unsur makro tersedia secara
maksimum sedangkan unsur hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga
kemungkinan terjadinya toxsitas unsur mikro tertekan, pada pH di bawah 6,5
dapat terjadi Defesiensi P,Ca,dan Mg serta toxsitas B,Cu, Zu, dan Fe, sedangkan
pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P,B,Fe,mA,Cu,Zu,Ca dan Mg juga
keracunan B dan Mo.
Dari
uraian di atas maka di pandang perlu untu melakukan pengamatan penetapan pH tanah di Desa Akekolano Kecamatan Oba
Utara Kota Tikep.
2. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pH tanah pada lapisan I,
II,dan III, di Desa Akekolano Kec.Oba Utara,Kota Tidore Kepulauan.
II.TINJAUAN PUSTAKA
1. Faktor – Faktor Yang
Mempenggaruhi pH Tanah
Air
bersifat netral karena konsentrasi H+ dan OH- yang sama pada keadaan netral pH adalah 7.
Suatu ukuran skala pH digunakan untuk memudahkan dan meenyatakan SI+
yang sangat kecil didalam air maupun didalam berbagai sistem hayati penting,
kation-kation yang dapat dipertukarkan terserap dengan tenaga yang cukup besar
untuk memperlambat pencuciannya dari tanah, (Foth, 1994)
Pengukuran
pH tanah dilapangan dengan prinsip kalori meter dengan menggunakan indicator
(larutan, kertas lakmus), yang menunjukan warna tertentu pada pH berbeda (Mohr,
1972) kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan peertumbuhan tanaman
melalui pengaruhnya terhadap ketersedian unsur hara dan adanya unsur-unsur yang
beracun. (Hanafiah, 1990)
Biasanya
jika pH tanah semakin tinggi maka unsur hara semakin sulit diserap tanaman,
demikian juga sebaliknya jika terlalu rendah akar juga akan kesulitan menyerap
makanannya yang berada didalam tanah.
Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang kita yang kita
berikan jika pH dalam tanahsedang-sedang saja cenderung netral. (Tan,1990).
Beberapa
unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH digunakan dari 5,0 menjadi 7,5 atau 80
molidenium berkurang ketersediannya bila pH diturunkan pada pH kurang dari 5,0
besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak sehingga dapat
mengganggu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Hakim,
1986).
Reaksi
tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konesntrasi ion hidrogen H+ didalm tanah, makin tinggi kadar ion H+
didalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Pada tanah-tanah yang masam
ion H+ lebih `tinggi dari pada OH- sedangkan pada tanah
brsifat alkalis kandungaan ion OH- lebih tinggi pada ion H+.
kemasam tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi sedangkan
pengaruhnya sangat besar padatanaman, seehingga kemasaman tanah harus
diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Hakim, 1986)
Sifat
kemasaman tanah ada dua jenis yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial,
kemasan aktif ialah yang diukurnya konsentrasi ion H+ yang terdapat
pada pemakaian sehari-hari. Sedangkan reaksi tanah adalahh banyaknya kadar
hydrogen dapat ditukar oleh kompleks koloid tanah (Hardjowigeno, 1987).
III. BAHAN
DAN METODE
1.
Tempat dan Waktu
Praktikum
ini di laksnakan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unversitas
Khairun Ternate, pada Tanggal 21 Noveber 2011.Jam 14.00 WIT sampai selesai.
2.
Alat Dan Bahan
Adapun Alat dan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu : kertas lakmus atau pH
indikator, Gelas Ukur 100 dan 500 ml, Timbangan Analitik, Kertas, Alat Tulis
Menulis, Kamera Digital, Cawan, Sampel Tanah Lapisan I, Sampel Tanah II, Sampel
Tanah III dan Air
3.
Metode Praktikum
Adapun
metode yang dipakai dalam praktikum ini yaitu dengan menggunakan perbandingan 3
: 3 (3 gr tanah : 30 ml air ) metode lakmus.
4.
Pelaksanan Praktikum
Adapun prosedur kerja dalam
menggukur pH tanah anatara lain sebagai berikut:
- Siapkan sampel tanah dengan menghaluskan terlebih agar dapat terdekomposisi dengan air.
- Ambil sedikit sample tanah yang sudah dihaluskan dan air mineral dengan perbandingan 3 : 3 (3 gr Tanah : 30 ml Air).
- Masukkan tanah dan air ke dalam gelas ukur
- Aduk-aduk atau dikocok hingga benar-benar homogen (merata)
- Biarkan beberapa menit hingga campuran air dan tanah tadi memisah (tanahnya mengendap)
- Tuangkan kedalam cawan
- Setelah airnya terlihat agak jernih masukkan ujung kertas lakmus atau pH Indikator kedalam campuran tadi kemudian dikocok-kocok.
- Tunggu beberapa saat sampai kertas lakmus atau pH indikator berubah warnanya.
- Setelah warnanya stabil, cocokkan warna yang diperoleh oleh kertas lakmus atau pH indikator tadi dengan bagan warna petunjuknya.
- Hasil yang diamati kemudian ditulis didalam tabel dan selanjutnya dibahas.
5.
Teknik Analisa Data
Teknik
analisa data yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan menggunakan teknik
analisa deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Tabel.
1. Data pengamatan pH tanah pada tanah lapisan I, II dan III
No
|
Pengamatan
|
pH
|
Kriteria
|
1.
|
Lapisan I
|
6
|
Agak Masam
|
2.
|
Lapisan II
|
6
|
Agak Masam
|
3.
|
Lapisan III
|
7
|
Netral
|
Sumber :Data Diolah Tahun 2011,
Kutipan kriteria pH, (Hakim, 1983).
Gambar.
1. Grafik Pengamatan pH Tanah pada lapisan I, II dan III
2.
Pembahasan
pH
tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti nitrogen (N), kalium (K) dan fosfor (P), dimana
tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh. Jika pH larutan tanah
meningkat sehingga hingga diatas 5.5 maka nitrogen (dalam bentuk nitrat)
menjadi tersedia bagi tanaman. Disisi lain pospor akan tersedia bagi tanaman
pada pH antara 6 hingga 7 yang ada dalam tanah.
Dari
pengamatan dilaboratorium, didapatkan hasil dimana pada tanah lapisan I dengan
kriteria “sedikit masam” berbeda dengan tanah lapisan III yang kriterianya
masuk dalam kategori “netral”, meskipun tidak berbeda dengan pH tanah pada
tanah lapisan II. Hal ini dapat diasumsikan bahwa ketiga lapisan tanah tersebut
dikategorikan sebagai tanah yang subur, hal ini dikarenakan adanya keseimbangan
antara sifat kimia tanah dan sifat biologi tanah.
Rendahnya
pada lapisan I dan II sama – sama memiliki kriteria agak masam dibandingkan
dengan lapisan III yang disebabkan oleh:
1. Terjadinya
pencucian zat hara dari lapisan atas ke bawah sehingga zat hara yang terdapat
pada lapisan I dan II ikut terabawa ke lapisan III.
2. Sering
terjadi pengolahan tanah yang pada akhirnya pada lapisan III banyak
terakumulasi unusr hara.
3. Lapisan
I dan II adalah zona erakaran sehingga unsur hara sering terangkut bersama
hasil panen tanaman.
Kondisi
ketiga sampel tanah yang digunakan dalam uji leaboratori memiliki kandungan
hara yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan pemampatan tumbuah dan tanaman yang
tumbuh diatas sehingga terjadi proses pelapukan dan dekomposisi antara sisa –
sisa tumbuhan dan tanaman yang menyebabkan kandungan humus tanah menikat dan
sifat masam dan basah tanah menjadi setabil dengan kriteri sedikit masam untuk
sampel tanah lapisan I, II dan kriteria netral untuk sampel tanah lapisan III.
Lebih
diperjelas oleh Syarief (2008), bahwa jenis tanah pada kondisi ini memiliki
kadar unsur hara yang tinggi, tetapi tergantung pada bahan induknya atau bahan
pelapuknya, dimana reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara
bagi tanah dan juga tanaman.
Pada
reaksi tanah yang netral yaitu pH tanahnya 7 maka unsur hara tersedia dalam
jumlah yang banyak. pH tanah juga mempunyai pengaruh langsung atau tidak
langsung pada tanaman. Menurut Sopardi (1979), ada tiga alasan utama nilai pH
sangat penting untuk diketahui yaitu:
1. Menentukan
muda tidaknya ion-ion unsur hara yang desarap oleh tanaman, pada umumnya unsur
hara yang diserap tanaman pada keadaan pH yang netral, karena pada pH tersebut
sebagian besar unsur hara mudah larut didalam air.
2. pH
juga menunjukan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman.
3. pH
tanah juga sangat mempengaruhi perkembangan mikro organisame dalam tanah pada pH
5.5 - 7.0 bakteri jamur pengurai organisme dapat berkembang dengan baik.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan.
Adapun
kesimpulan berdasarkan hasil penggamatan dan pembahsan laporan praktikum ini,
antara lain :
1. pH
tanah lapisan III, lebih tinggi dar lapisan ke I, II.
2. pada
lapisan III yaitu 7 (Netral),untuk
lapisan I,yaitu 6 (Agak Masam), sedangkan untuk lapisan ke II yaitu 6 (Agak Masam)
2.
Saran.
Diharapkan
agar praktikum tentang penetapan pH tanah dapat di buat dengan skala yang luas
artianya untuk identifikasi jenis dan krakter tanah tidak hanya fokus pada satu
titik saja sehingga kita dapat mengetahui secara keseluran karakterestik serta
pH tanah pada satu daerah. Kemudian pengambilan sampel tanah yang dilakukan
harus dibagi menjadi dua tempat, yang satu diambil ditempat degan vegaetasi
tumbuhan yang banyak dan pengambilan sampel tanah yang kedua dilambil di tempat
dengan vegetasi tumbuhan yang sedikit atau tidak ada sama sekalai sehingga
mahasiswa dapat mengetahui perbedaan pH tanah yang dimiliki oleh tanah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Foth , 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
Erlangga Jakarta.
Hanafiah,
A.K. 1990. Dasar –Dasar Ilmu Tanah.
Edisi 1 – 3 Jakarta Rajawali press.
Hardjowigeno
. S. 1987. Dasar –Dasar Ilmu Tanah, Akademik,Presindo Jakarta.
Hakim,
1983. Pengapuaran Adalah Suatu Teknologi
Tepat Guna Untuk Meningkatkan Produksi Panagn Di Pedesaan. Seminar IPTEK di
semarang 24 – 28 Januari.
_______, dkk. 1986. dasar
– dasar ILMU TANAH. Penerbit Universitas Lampung.
Soepardi
G, 1979. Sifat Dan Ciri Tanah,saduran
dari The Nature and Properties of soild, by Brandy, 1975.
Tan
H. K 1990. Dasar – Dasar Kimia Tanah. Gaja Mada Universitas press Yogyakarta,
Indonesia.
LAMPIRAN
1.
Dokumentasi
Gambar 2. Sampel
tanah lapisan I, II dan III
Gambar 3. Pengukuran
sampel tanah (timbangan analitik)
Gambar 4. Gelas
ukur
Gambar 5. Cawan
petry
Komentar
Posting Komentar