PENGARUH PEDAGANG TELUR TERHADAP HARGA TELUR DI PASAR BASTIONG TERNATE


I.       PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Menurut data Direktorat Jenderal Peternakan, tingkat konsumsi terhadap komoditas telur bangsa Indonesia masih sangat rendah. Tingkat konsumsi telur di Indonesia baru mencapai 6,78 kg per kapita per tahun. Tak hanya tingkat konsumsi telur yang rendah, tetapi juga tingkat konsumsi protein hewani secara keseluruhan (daging, ikan dan susu) juga masih sangat rendah. Jika kondisi seperti ini tidak segera ditangani dengan serius maka bencana yang lebih besar akan segera melanda, yaitu hilangnya generasi penerus masa depan akibat kekurangan protein. Telur merupakan hasil ternak yang mempunyai peranan penting dalam mengatasi masalah gizi masyarakat. Konsumsi telur lebih besar daripada konsumsi hasil ternak lain karena mudah diperoleh dan harga yang relatif murah dan terjangkau bagi masyarakat yang mempunyai daya beli rendah.
Jawa timur merupakan salah satu daerah penghasil telur ayam terbesar di Indonesia, dimana jumlah produksi telur ayam di Indonesia sejak tahun 1992 28,16% telur ayam  (sebagai penghasil terbesar) dan 14,65% (sebagai penghasil terbesar nomer dua setelah Jawa barat) berasal dari Jawa timur.
Sebagai daerah penghasil telur ayam terbesar, tingkat konsumsi telur per kapita masih dibawah standar yang telah ditentukan, dimana tingkat konsumsi telur baru mencapai 75,42% dari target konsumsi telur yang ditentukan oleh Widya Pangan dan Gizi th.1988 yaitu sebesar 3,5 kg/-kapita/tahun.
Hal ini menjadi suatu permasalahan bagi Pemerintah Daerah. Di satu sisi melalui Dinas Peternakan usaha peningkatan produksi terus menerus dilakukan dengan tujuan  disamping untuk memenuhi konsumsi telur baik untuk industri maupun untuk rumah tangga, tetapi juga untuk upaya peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Disisi upaya peningkatan konsumsi telur juga terus menerus dilakukan dalam upaya untuk mencapai target konsumsi protein yang telah ditentukan, karena disamping telur sebagai bahan makanan sumber protein, menurut Bedu Amang (1996) bahwa peningkatan konsumsi telur berarti juga peningkatan permintaan telur dimana permintaan telur merupakan komponen yang nyata dan penting dari struktur kegiatan disektor pangan, dimana perubahan permintaan telur akan menyebabkan terjadinya perubahan pendapatan produsen telur.
Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya. Hal ini menjadikan telur merupakan jenis bahan makanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. Pada gilirannya kebutuhan telur juga akan terus meningkat (Anonim, 2009:1)
Permintaan akan telur sangat erat kaitannya dengan harga karena dengan adanya harga yang sesuai maka masyarakat dapat menjangkau sesuai dengan pendapatan mereka. Meningkatnya pendapatan sangat berpengaruh terhadap permintaan telur. Apabila pendapatan berubah maka jumlah permintaan akan telur pun akan berubah sehingga dapat mempengaruhi kegiatan produksi dan perdagangan telur. Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. (Rustam, 2002:1)
            Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah pusat perdagangan yang memiliki tingkat penjualan komoditi yang sangat besar. Salah satu komoditi yang sangat dibutuhkan dan memiliki tingkat penjualan yang sangat besar adalah komoditi telur.
1.2.      Rumusan Masalah      
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan Masalahnya  adalah apakah faktor harga, pendapatan, dan jumlah permintaan telur berpengaru nyata  oleh konsumen di Pasar Bastiong Kota Ternate Propisi Maluku Utara.
1.3.      Tujuan dan Manfaat
Tujuannya yang ingin dicapai pada tugas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana faktor harga, pendapatan, dan jumah permintaan telur berpengaru nyata  oleh konsumen di Pasar Bastiong Kota Ternate Propisi Maluku Utara.
Manfaat yang diharapkan dari tugas ini adalah:
o   Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijaksanaan khususnya yang berhubungan dengan permintaan telur.
o   Sebagai bahan informasi bagi pedagang dalam memasarkan telur. 
o   Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa.
1.4.      Defenisi dan operasional
Jumlah Permintaan telur adalah jumlah atau banyaknya telur ayam yang dibeli oleh konsumen selama seminggu. Harga telur ayam  adalah nilai uang yang dibayarkan oleh konsumen/ responden pada saat pengamatan (Rp).


II.    TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Pengertian Perilaku Konsumen
Istilah perilaku konsumen seringkali digunakan atau dipakai untuk menjelaskan perilaku dari konsumen yang membeli dan menggunakan produk dan jasa. Sikap dan perilaku konsumen akan mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat.
2.2.      Pengertian Pemasaran
Menurut pendapat Kotler (2007:8) pemasaran sebagai berikut : “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan interaksi di dalam proses sosial dan manajerial antara individu dan kelompok untuk memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka. Sedangkan kegiatan yang ada di dalam pemasaran tersebut meliputi : menciptakan sesuatu, menawarkan sesuatu, serta menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
2.3.      Perkembangan Harga Telur Ayam
Sementara, rata-rata nasional harga telur ayam relatif stabil yang diindikasikan oleh koefisienkeragaman harga bulanan untuk periode bulan April 2010 sampai dengan bulan April 2011 sebesar 5 persen Hal ini berarti perubahan rata-rata harga bulanan adalah sebesar 5 persen. Jika dilihat perkota, fluktuasi harga berbeda antar wilayah. Kota Palangkaraya adalah kota-kota yang perkembangan harganya sangat stabil dengan koefisien keragaman 0 persen. Di sisi lain, kota Pontianak, Maluku Utara, dan kota Tanjung Pinang adalah beberapa kota dengan harga yang paling bergejolak dengan koefisien keragaman harga lebih dari 9 persen yaitu masing-masing sebesar 10,3; 23,6; dan 12,2 persen (IKU koefisien keragaman Kementerian Perdagangan 5-9).
2.4.       Rentang Harga Telur Dari Peternak Sampai Konsumen Cukup Besar
Perlu kita ketahui bahwa distribusi telur itu untuk sampai ke konsumen melalui beberapa tahap, jadi tidak langsung dari peternak langsung diecer ke konsumen. Sebagai gambaran, untuk distribusi telur  kira-kira seperti ini, dari peternak telur diambil oleh pengepul, kemudian ke distributor, dari distributor ini telur di distribusikan lagi ke Distributor di luar kota. Selanjutnya dari distributor ini telur di distribusikan lagi ke agen/grosiran, dari grosiran baru ke pengecer dan dari pengecer terus ke konsumen.
Misalkan harga dari peternak 10.800, maka pengepul akan menjual ke distributor 11.000, tentu saja ini bukan merupakan keuntungan bersih, karena masih harus di potong dengan biaya operasional dan biaya transportasinya dari peternak sampai ke gudang. Misalkan saja pengepul ini mempunyai omset 4 ton dalam 1 minggu, kelihatannya untungnya sangat besar yaitu sekitar 800.000 dalam 1 minggu. Tetapi... harus kita sadari bahwasanya angka 800 ribu itu tidak diperoleh dalam 1 hari. Tetapi dalam 1 minggu. Karena pengambilan dari peternak itu waktunya tidak bersamaan, sehingga tiap hari harus selalu mengeluarkan biaya transportasi dan biaya operasional untuk karyawannya. Anggaplah biaya operasional dalam 1 hari tersebut untuk bensin dan karyawan adalah 75 ribu, maka keuntungannya pun sebenarnya juga cuma 175 ribu dalam 1 minggu atau 25 ribu per hari.
Selanjutnya dari pengepul ini telur dibeli oleh distributor untuk dikirim ke luar kota. Misalnya di dikirim ke ternate. Distributor biasanya mengambil keuntungan sekitar 100/200 rupiah perbutir untuk penjualannya. dan resiko komplain susut timbangan atau bentes (telur pecah) dari pembelinya. Belum lagi resiko diperjalanan harus ditanggung oleh para distributor ke luar kota ini. Jadi seperti itulah sebuah gambaran mengapa rentang harga telur itu dari peternak sampai kekonsumen cukup tinggi.







III. METODE PELAKSANAAN

3.1.      Tempat Dan Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan  selama 1 (satu) minggu terhitung mulai tanggal 15 Mei  di Pasar Bastiong Ternate Propinsi Maluku Utara.
3.2.      Metode Penentuan Sampel
Populasi pengamatan ini adalah konsumen yang melakukan pembelian telur untuk konsumsi dan pengamatan ini dilakasanakan dipasar bastiong ternate propinsi Maluku utara. Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel diambil pada pembeli 10 penjual telur  yang ada di pasar bastiong. Penentuan jumlah sampel adalah diambil dari pembeli pada 10 penjual dengan komposisi sebagai berikut (Dari hasil pengamatan  selama 1 hari).
Penjual 1 = Rata-rata Jumlah Pembeli 4 Orang
Penjual 2 = Rata-rata Jumlah Pembeli 3 Orang
Penjual 3 = Rata-rata Jumlah Pembeli 4 Orang
Penjual 4 = Rata-rata Jumlah Pembeli 5 Orang
Penjual 5 = Rata-rata Jumlah Pembeli 2 Orang
Penjual 6 = Rata-rata Jumlah Pembeli 3 Orang
Penjual 7 = Rata-rata Jumlah Pembeli 4 Orang
Penjual 8 = Rata- rata Jumlah Pembeli 2 Orang
Penjual 9 = Rata-rata Jumlah Pembeli 2 Orang
Penjual 10 = Rata-rata Jumlah Pembeli 3 Orang
Pengambilan sampel dilakukan secara systematic sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan dimana sampel dipilih dari pembeli yang paling mudah didapatkan/dijumpai pada saat pengambilan data dilakukan dan bersedia untuk di wawancarai. Apabila ada responden yang tidak bersedia di wawancarai maka dilanjutkan kepada responden berikutnya. Adapun responden yang melakukan pembelian berulang tidak diambil lagi sebagai sampel.                                                                              
3.3.      Jenis Data
Sumber data yang digunakan dalam pengamatan dilapanan ini diperoleh dari :
o   Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari responden dengan teknik wawancara langsung berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah disediakan sebelumnya.
o   Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari laporan Dinas Peternakan ternate propinsi Maluku utara.
Untuk memperoleh data atau informasi dari berbagai elemen yang diamati,  menggunakan pengumpulan data sebagai berikut:
o   Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diamati secara sistematis.
o   Wawancara, yaitu pengumpulan data/informasi yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan responden atau narasumber yang berhubungan dengan masalah pengamatan yang dilakukan.
o   Penelusuran pustaka, yaitu dengan mempelajari berbagai macam jurnal, buku ilmiah, majalah, dan karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
3.4.      Analisis Data
Analisa data yang digunakan  adalah analisa statistik Induksi yaitu Regresi Linear sederhana (Sugiyono, 2008 : 275) dengan menggunakan program SPSS 16 for windows.
IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil
Tabel 1. Variabel Memasuki / singkirkan b
Model
Variabel Masuki
Tersingkirkan yang variabel
Kiat
1
hrgjual, hargabeli a

Masuki
a. Semua variabel diminta masuki.

b. Variabel bergantung: PENJUALAN

Tabel 2. Ringkasan model
Model
R
R Kuadrat
Disesuaikan r Kuadrat
Std. Kesalahan dari Taksiran
1
0.645 a
0.416
0.249
3001. 64790
a. Peramal: (Tetap), hrgjual, hargabeli

Tabel 3. ANOVA b
Model
Penjumlahan dari Kuadrat
df
Cocok arti
F
Sig.
1
Regresi
4.493E7
2
2.247E7
2.493
0.152 a
Sisa
6.307E7
7
9009890. 110


Total
1.080E8
9



a. Peramal: (Tetap), hrgjual, hargabeli



b. Variabel bergantung: PENJUALAN




Tabel 4. Koefisien a
Model
Tidak Koefisien terbakukan
Mestandarkan Koefisien
T
Sig.
B
Std. Kesalahan
Beta
1
(Tetap)
1130. 769
28082. 781

0.040
0.969
hargabeli
48. 462
26. 326
0.576
1.841
0.108
hrgjual
-38. 538
20. 561
-0. 586
-1. 874
0.103
a. Variabel bergantung: PENJUALAN






4.2.      Pembahasan
Permintaan menunjukkan banyaknya telur ayam ras yang dibeli oleh konsumen pada suatu kurun waktu tertentu, seperti pembelian telur ayam  dalam sebulan. Menurut (Nisar. 2009) telur ayam  merupakan salah satu sumber protein hewani yang memenuhi kebutuhan protein atau kebutuhan akan gizi manusia karena mempunyai kandungan zat gizi yang cukup tinggi, antara lain mengandung delapan asam amino esensial yang baik untuk pertumbuhan anak dan kesehatan tubuh. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya.  
Harga menunjukkan nilai beli telur ayam  oleh responden. Pembelian telur ayam  umumnya dalam satuan butir  agar ukurannya seragam, bahwa harga adalah estimasi nilai yang kiranya setara dengan nilai barang, dengan dibarengi kemampuan pembeli untuk membeli. Harga tersebut sangat di pengaruhi oleh faktor tempat pembelian serta tawar menawar antara konsumen dengan pedagang telur ayam ras tersebut bahwa kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga.
Berdasarkan data pada Tabel 4, maka dapat dilihat persamaan sebagai berikut :
                                                                                                                    
PT = hbX1 + hjX2 + E

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : nilai kontanta sebesar menunjukkan 1130.769 bahwa jika telur terjual maka jumlah permintaan telur ayam oleh konsumen di pasar bastiong, kota ternate sebesar 1130.769 butir/minggu. Hal tersebut menunjukkan masih terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam  selain dari faktor yang digunakan dalam persamaan atau model tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel  sebagai berikut :
a.      Pengaru harga beli (X1)
Nilai sum of squares variabel harga (X1) sebesar 4.493x10ֿ7artinya jika harga telur ayam  naik sebesar Rp 1.000/butir maka akan menyebabkan penurunan jumlah permintaan sebesar 0,004493 butir/minggu.
Nilai R Sguare sebesar 0,416, ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel harga beli dengan jumlah permintaan telur ayam cukup  positif yang berarti bahwa pengaruh variabel harga (X1) terhadap variasi naik turunnya harga telur ayam  sebesar 10% dan sisanya sebesar 90% dipengaruhi oleh variabel lain. Dapat dilihat ANOVA pada table 3.
jika nilai F hitung lebih besar (2.493) lebih kecil F tabel (0.152), hal ini menunjukkan bahwa variable harga beli telur ayam  (X1) berpengaruh signifikan dipasar bastiong kota ternaten  jika F hitung lebih kecil ( < ) dari F tabel pada signifikan level 5% berarti Variabel (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lain.
a.      Pengaruh harga jual  (X2)
Nilai sum of Squares variabel jual (X2) sebesar 6.307x10-7 artinya jika harga jual turun sebesar Rp 100/butir maka akan menyebabkan peningkatan jumlah permintaan telur sebesar 0,6307 butir/minggu. Nilai R Sguare sebesar 0.645 ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel penjualan dengan jumlah permintaan telur ayam  cukup  positif (X2) terhadap variasi naik turunnya harga jual sebesar 12,9% dan sisanya sebesar 87,1% dipengaruhi oleh variabel lain.
 Jika nilai F hitung lebih besar (2.493) lebih kecil F tabel (0.152), hal ini menunjukkan bahwa variable harga beli telur ayam  (X1) berpengaruh signifikan dipasar bastiong kota ternaten  jika F hitung lebih kecil ( < ) dari F tabel pada signifikan level 5% berarti Variabel (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lain. Dan dapat dilihat pada tabel anova diatas.


V.          PENUTUP

5.1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Harga beli menunjukkan bahwa hubungan antara variabel harga beli dengan jumlah permintaan telur ayam cukup  positif yang berarti bahwa pengaruh variabel harga dan harga beli berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan telur ayam oleh konsumen di Pasar bastiong, kota ternate.
5.2.      Saran
Untuk pengaru  harga telur ayam dapat dilihat dalam pemasaran di kota ternate khususnya di bastiong  dan di pasar lain pada umumnya, maka pihak pemasar atau pedagang perlu memperhatikan  terutama pendapatan masyarakat setempat dan masyarakat yang suka konsumsi terlur ayam.



DAFTAR PUSTAKA

Bendung amang (1996). Analisa-Prilaku-Konsumen-Terhadap-Telur-Ayam Fak. Peternakan-Unhas
Rustam. 2002. Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras Pada Rumah Tangga Di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Makassar. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nisar. 2009. Manfaat Telur. http;//nizarary. Blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 September 2009.
Kotler. 2007. Statistika pemasaran. Alafabeta. Jakarta.



LAMPIRAN
Tabel 5. Data hasil wawancara dengan pedagang telut di Pasar Bastiong
NO.
NAMA PEDAGANG
HARGA PER TELUR
TELUR YANG DIJUAL
TOTAL HARGA TELUR
BELI (Rp.)
JUAL (Rp.)
(Butir)
BELI (Rp.)
JUAL (Rp.)
1
MUHAMAD
1050
1200
3000
3150000
3600000
2
HAIKAL
1050
1100
12000
12600000
13200000
3
JAMAL
1050
1200
3000
3150000
3600000
4
SUDIN
1050
1100
12000
12600000
13200000
5
SAMSUL
1050
1200
6000
6300000
7200000
6
ARQAM
1000
1200
6000
6000000
7200000
7
FAHMI
950
1100
3000
2850000
3300000
8
ANITA
950
1100
6000
5700000
6600000
9
ANAGNG
1000
1100
3000
3000000
3300000
10
ANDI
1000
1200
6000
6000000
7200000

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sprayer Mekanisasi Pertanian

PENETAPAN LAJU INFILTRASI DAN PERKOLASI

PENETAPAN BD TANAH, PD TANAH, PERSEN (%) PORI DAN PERSEN (%) FC