PENETAPAN LAJU INFILTRASI DAN PERKOLASI
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Infilrasi merupakan proses masuknya air
dari permuakan kedalam tanah. Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya
aliran permukaan atau run off. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena
hal ini menandai peralihan air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang
bergerak lambat dari air tanah.( Hardjowigeno,1993)
Kapasitas infiltrasi suatu tanah
dipengaruhi sifat – sifat fisiknya drajat kemapatannya, kandungan air dan permiabilitas
lapisan bawah permukaan nisbi air dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi
pada suatu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau
disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.Proses
berlangsungnya air masuk ke permuakan tanah kita kenal dengan infiltrasi. Laju
infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar
materi tersuspensi dalam air juga waktu.(Suripin, 2001)
Dengan mempelajari proses terjadinya dan
faktor yang mempengaruhi dalam proses infiltrasi terutama pada infiltrasi
dibawah tegakan hutan, mahasiswa memahami berbagi fungsi penting dari hutan
sebagai salah satu media untuk meningkatkan proses masuknya air dalam tanah
sehingga peran hutan dalam mengendalikan aliran permukaan nampak lebih jelas.
Dengan memahami proses dan cara pengukurannya, mahasiswa dapat melakukan
analisis dan medesain pembangunan atau pengelolaan suatu kawasan hutan dengan
memperhatikan peran proses infiltrasi didalamnya.
Setelah mempelajari kita akan mengerti
dan memahami proses infiltrasi, faktor – faktor yang mempengaruhi, mampu
melakukan pengukuran dan perhitung untuk analisis hidrologi suatu kawasan.
Perkolasi merupakan proses kelanjutan
aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam.Setelah lapisan tanah bagian atas
jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat
gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi. Penentuan laju
perkolasi dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik tanah (permeabilitas,porositas
dan tekstrur tanah), kedalaman air tanah dan topografi daerah tinjauan serta
sifat geomorfologi secara umum (Sudjarwadi, 1983).
Dari singkat uraian diatas, maka diperluka
percobaan atau pengamatan laju infiltrasi dan perkolasi.
2.
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui laju masuknya air
kepermukaan dengan satuan cm/jam dan menetahui laju masuknya air kedalam tanah
(rembesan air kedalam tanah) dengan satuan cm/jam.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses masuknya air
dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi adalah gerakan aliran air di dalam
tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation).Infiltrasi berpengaruh
terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga berpengaruh terhadap laju
aliran permukaan atau run off. (Hardjowigeno,1993).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
laju infiltrasi menurut Suripin (2001) antara lain, dalamnya genangan di atas
permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh, kelembaban tanah, pemantapan tanah
oleh curah hujan, penyumbatan oleh bahan yang halus(bahan endapan), struktur
tanah, tumbuh-tumbuhan, pemantapan oleh orang dan hewan, udara yang terdapat
dalam tanah, topografi, intensitas hujan, kekasaran permukaan, mutu air, suhu
udaradan adanya kerak di permukaan.
Menurut Baramankusumah (1978), jumlah
dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori – pori yang berukuran besar.
Makin besar pori maka kapasitasi infiltrasi semakin besar pula.
2. Faktor
- Faktor Yang Mempengaruhi Laju Perkolasi
Perkolasi
merupakan gerakan air ke bawah dari zone air tidak jenuh (daerah antara
permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah) ke dalam daerah yang jenuh atau
daerah dibawah permukaan air (Soemarto,
1987). Proses ini merupakan proses kehilangan air yang terjadi pada penanaman
padi di sawah. Istilah perkolasi kurang mempunyai arti penting pada kondisi
alam, tetapi dalam kondisi buatan, perkolasi mempunyai arti penting, dimana
karena alasan teknis, dibutuhkan proses infiltrasi yang terus menerus. Besarnya
perkolasi dinyatakan dalam mm/hari (Soemarto, 1987). Perkolasi atau peresapan
air kedalam tanah dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan perkolasi
horizontal.
Faktor yang mempengaruhi perkolasi
menurut (Soemarto, 1987) anatara lain :
1.
Tekstur tanah
2.
Permeabilitas tanah
3.
Letak permukaan air tanah
4.
Tebal lapisan tanah bagian atas
5.
Perkolasi adalah kehilangan air yang dipengaruhi oleh keadaan
fisik dilapangan.
III.
BAHAN DAN METODE
1.
Tempat Dan Waktu
Pratikum ini di laksanakan di sekitar kampus
Universitas Khairun Ternate tepatnya di depan dan di dalam Laboraturium
Fakultas Pertanian berlangsung pada tanggal 31 oktober – 01 november 2011 pada
pukul 14.00 – 16.00 WIT.
2.
Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam
kegiatan praktikum antara lain infiltrometer selinder ganda atau double ring, gelas
ukur 500 ml dan 100 ml. mistar atau meter, stopwatch, ember, alat pemukul, bejana
kaca, infus, alat tulis, air dan tanah.
3.
Metode Praktikum
Metode praktikum yang di gunakan untuk
mengamati laju infiltrasi adalah double ring. Sedangkan metode praktikum untuk
pengamapatan laju perkolasi adalah
metode bejana kaca.
4.
Pelaksanaan
Menurut Rachman (2011), adapun pelaksanaan atau cara
kerja antara lain:
Pelaksanaan
infiltrasi:
1.
Pertama-tama
alat infiltrometer di pasangkan ke tanah kemudian di benamkan menggunakan alat
pemukul hingga menembus ke dalam tanah hingga mencapai titik pengamatan yang
telah di tentukan (top soil).
2.
Kemudian mistar
di pasang untuk mengamati laju infiltrasi ke dalam tanah dan lihat laju air
yang tertera setiap 10 menit menggunakan stopwatch.
3.
Kemudian air di
masukkan ke dalam double ring atau infiltrometer dengan volume air pertama 4100
ml.
4.
Volume air di
tambah dengan lamanya air masuk ke dalam tanah(dengan menggunakan gelas ukur
500 ml dan 100 ml),sesuai dengan kebutuhan laju infiltrasi air ke dalam tanah
yang berada di dalam double ring.
5.
Pengamatan di
lakukan sebanyak 5 kali dimulai dari 10 menit pertama hingga 50 menit terakhir
sambil melihat oerlakuan yang terjadi hingga mencapai angka konstan sebanyak 3
kali.
Pelaksanaan
Perkolasi:
1.
Pasang bejana
kaca pada tempat pengamantan yang ditujukan.
2.
Isilah air
secara hatai – hati dengan mengguanakan botol infus, interval waktu tetesan air
yaitu 1 tetes 5 detik.
3.
Pasang meter dan
amati laju masuknya air kedalam tanah.
4.
Buatlah hubungan
antara waktu (menit0 dengan jarak masuk air ke dalam bejana kaca.
5.
Teknik Analisa Data
Teknik analisa data di yang di gunakan adalah teknik
analisis data deskriptif.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
Data
hasil Praktikum Pengamatan Laju Infiltrasi, diperoleh tabel sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik pengamatan laju infiltrasi:
Sumber: data primer diolah 2011
Gambar
2. Grafik Pengamatan Laju Perkolasi:
Sumber: data primer diolah 2011
2. Pembahasan
A. Laju Infiltrasi
Pengamatan
Laju Infiltrasi, dimana setiap air yang masuk ke dalam tanah (cm/jam) dengan
perlakuan penambahan air pada volume tertentu, menggunakan alat pengukur Laju
Infiltrasi yaitu infiltrometer selinder
ganda atau double ring.
Dari
pengamatan dilapangan, sebagaiman
terlihat pada gambar 1, yaitu menit ke-20 laju infiltrasi semakin rendah atau
menurun menjadi 0.1 cm/jam dari laju awal 0.3 cm/jam dan pada menit ke-40 laju
infiltrasi menjadi meningkat 0.5 cm/jam. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pada
menit ke-20 laju infiltrasi terhalang oleh materi-materi lain selain tanah yang
pori-porinya sangat kecil sehingga air yang masuk kedalam tanah menjadi
tersumbat. Setelah 10 menit berikutnya air ditambahkan lagi dengan volume 300
ml yang mengakibatkan materi halus tadi mendapatkan tekanan yang yang tinggi
sehingga materi halus selain tanah tadi tidak dapat menahan air lagi, air pun
dapat menembus tanah bagian bawah dan melanjutkan proses infiltrasinya.
Dari
hasil pengamatan dilapangan laju infiltrasi terlihat jelas pada menit ke-40.
Pada menit ke 30, 40 dan 50, laju
infiltrasi sudah mengalami titik constant yaitu 0.5 cm/jam. Hal ini disebabkan
kemampuan air pada daerah permukaan tanah dan masuk kedalam tanah sudah
mencapai titik maksimum. Titik maksimum terjadi karena ketersediaan air yang terdapat
dalam tanah sudah jenuh, sehinga air yang masuk kedalam tanah sudah tidak dapat
menembus kedalam tanah.
Air
dalam pipa kapiler tanah tidak bergerak atau mengalir turun karena gaya tarik
menarik antara air dan dinding pipa penahan air dari tarikan gaya tarik menarik
antara air dan dinding di pipa penahan
air dari tarikan gravitasi. Akibatnya
tanah mungkin berpori-pori tetapi sangat lambat melewatkan air. Karena molekul
air sangat kuat terjerap pada permukaan tanah (infiltrasi) dan melalui tanah
(perkolasi) sebaliknya gaya tarik menarik antara udara dan butir tanah sangat
tidak berarti, sehingga gerak udara terutama tergantung pada volume ruang pori
yang kosong, bukan pada ruang pori (Pairunan,1985).
Faktor
lain yang mempengaruhi yaitu rendahnya evaporasi yang teradi pada daerah
pengambilan sampel tersebut, kondisi atau cuaca yang panas namun banyak
terdapat vegetasi dan tanaman naungan disekelilingnya, sehingga pada saat itu
mengakibatkan rendahnya proses evaporasi dan air yang berada dalam tanah sudah
cukup tersedia.
Menurut
Nanere (1985), Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur tanah. Bila tekstur
tanahnya berpasir maka laju infiltrasi semakin cepat. Tanah berpasir ialah
tanah-tanah yang tersusun tidak kurang dari 70 % berat pasir dan dimasukkan ke
dalam tanah bertekstur kasar. Tanah-tanah berpasir menunjukkan sifat pasir yang
jelas. Tanah sangat mudah dilalui air dan udara (premeable), dan mudah ditembus
akar
Sementara
pada tanah dengan tekstur liat atau halus dapat menyimpan air lebih banyak dari
pasir, karena liat memiliki permukaan yang luas yang dapat diseliputi air.
Sehingga laju infiltrasi pada tanah liat sangat lambat.
Pada
cuaca yang cenderung stabil, misalnya dalam waktu satu minggu sering terjadi
hujan, maka akan berpengaruh pada laju infiltrasi. Laju infiltrasi sekalipun
pada tanah berpasir tetapi jika dipengaruhi cuaca yang demikian maka secara
otomatis laju infiltrasi akan berkurang.
B.
Laju Perkolasi
Perkolasi merupakan gerakan air ke bawah dari zone air tidak jenuh atau daerah antara permukaan tanah sampai ke
permukaan air tanah ke dalam daerah yang jenuh atau daerah dibawah permukaan
air (Soemarto, 1987). Proses ini merupakan proses kehilangan air yang terjadi
pada penanaman padi di sawah. Istilah perkolasi kurang mempunyai arti penting
pada kondisi alam, tetapi dalam kondisi buatan, perkolasi mempunyai arti
penting, dimana karena alasan teknis, dibutuhkan proses infiltrasi yang terus
menerus. Besarnya perkolasi dinyatakan dalam mm/hari (Soemarto, 1987).
Perkolasi atau peresapan air kedalam tanah dibedakan menjadi dua, yaitu
perkolasi vertikal dan perkolasi horizontal.
Faktor yang
mempengaruhi perkolasi adalah :
1. Tekstur
tanah
2.
Permeabilitas tanah
3.
Letak permukaan air tanah
4.
Tebal lapisan tanah bagian atas
Dari hasil pengamatan di laboratoium, pada titik pengamatan pertama
dengan waktu lima menit di peroleh tinggi air yang masuk ke dalam tanah
mencapai 2cm/menit pada lapisan pertama yang berbentuk seperti huruf V, dimana
tekstur tanahnya berpasir. Setelah itu, titik pengamatan kedua, pada menit ke
sepuluh dengan tinggi air 3cm/menit bertekstur halus sehingga membentuk
melengkung. Dan pada menit ke lima belas dan menit kedua puluh mengalami
perubahan bentuk dari melengkung menjadi huruf V pada tanah lapisan ketiga yang kasar
(berpasir).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Laju
infltrasi 0.5 cm/jam dengan kriteria lambat.(Buku Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air)
2. Laju
perkolasi maksimum 6.5 cm/jam dengan kriteria sedang. .(Buku Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air)
2.
Saran
Dari
kesimpulan diatas maka dapat disarankan jika praktikum berikutnya khusus laju
infiltrasi dan perkolasi sebaiknya di lakukan pada daerah-daerah yang tidak
terlalu banyak vegetasinya sehingga dapat dilihat laju infiltrasi dan
perkeloasi yang begitu nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Barnamakusumah, R. 1978. Erosi,
penyebab, dan pengedaliannya. Yayasan Penerbit Fak. Pertanian UNPAD, Bandung.
Hardjowigeno, sarwono. H. 2003.
Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Akademika pressindo. Jakarta
1993. Klasifikasi tanah dan pedogenesis.Jakarta;
Akademika pressindo
Nanere.
1985. Siklus Hidrologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Pairunan.
A,K. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Bagian Timur. Makasar
Rachman
A.I. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate
Soemarto, 1987. Sirkulasi Air Dalam Tanah. Gramedya. Jakarta
Sudjarwadi, 1983. Drainase Dan Aerase Dalam Tanah.
Suripin. 2001.
Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta
Sutedjo,
M.M. 2005. Pengantar Ilmu Tanah.
Rineka Cipta. Jakarta
LAMPIRAN
1.
Data Pengamatan
Tabel 1. Data
Pengamatan Laju Infiltrasi
No.
|
Titik Pengamatan
|
Laju (cm)
|
Waktu (menit)
|
Volume Air (ml)
|
Kriteria
|
1
|
I
|
0.3
|
10
|
4100
|
Lambat
|
2
|
I
|
0.1
|
20
|
400
|
Lambat
|
3
|
I
|
0.5
|
30
|
300
|
Lambat
|
4
|
I
|
0.5
|
40
|
300
|
Lambat
|
5
|
I
|
0.5
|
50
|
300
|
Lambat
|
Sumber: data primer diolah 2011 dan kriteria dikutip
dalam (buku) Suripin, 2001
Tabel 2. Data
Pengamatan Laju Perkeloasi
No.
|
Titik
Pengamatan
|
Laju
(cm)
|
Waktu
(menit)
|
Tinggi
air (cm)
|
1
|
I
|
0.4
|
5
|
2
|
2
|
I
|
0.3
|
10
|
3
|
3
|
I
|
0.33
|
15
|
5
|
4
|
I
|
0.325
|
20
|
6.5
|
Sumber: data primer diolah 2011
Komentar
Posting Komentar